Sabtu, 17 November 2012
Road to Niall's First Love part 2
Dulu kami selalu bermain bersama. Kami membangun rumah pohon dan itu menjadi rumah kami. Walaupun dulu aku anak perempuan yang tomboy, apa salah jika aku menyukai seseorang. Seorang anak lelaki yang selalu bermain denganku, sahabat kecilku, cinta pertamaku ...
Fadha~
***********************
Sudah 6 bulan lewat, ketika Fadha menemukan kado pemberian Niall. Semejak itu pula ia selalu memakai cincin itu, dan berharap bisa bertemu dengannya. Sore itu, Fadha hanya berjalan disisi pantai Cornwall. Menyusuri pantai sendirian. Dia duduk dan mengukir nama Niall di pasir, dia menangis. Dia masih memikirkan mengapa ia tak datang lebih awal agar bisa bertemu dengan Niall. Tapi semua itu telah terjadi dan ia harus menerimanya. Dia bangkit, tak terasa hari sudah gelap, ia berjalan pulang menuju rumahnya.
"Apa kau sakit?" tanya bibi Elma.
"tidak," jawab Fadha, tersenyum tipis.
Fadha berjalan keatas, menuju kamarnya. Saat dipintu, ia melihat handphonenya berdering, ia segera menyambar dan mengangkatnya. Ternyata telepon dari Sabrina, temannya.
"Apa kau sudah tidur?" tanya Sabrina
"Haha, belum. Ada apa?" tanya Fadha
"Lusa, tanggal 16 nanti aku ulang tahun, aku ingin kau datang kepesta ku. Ya?"
"Baiklah, perlu menggunakan gaun?" tanyaku.
"Tentu, gunakan gaun berwarna putih agar sama denganku."
"Haha, tapi tidak mungkin aku gunakan langsung, rumahmu dan rumahku sangat berjauhan."
"Kau menginap dirumahku saja dulu, Kalau begitu, aku tunggu ya. Sampai jumpa."
Fadha meletakan handphonenya dan berjalan menuju lemari, dia ingin melihat nanti ada kah gaun yang bisa ia gunakan. Dia hanya memiliki gaun berwarna merah dan hitam. Dia menghampiri bibi Elma.
"Bi, apakah kau mempunyai gaun putih?" tanya Fadha.
"Aku tidak memilikinya, tapi mungkin ibumu dulu mempunyainya. Barang barang ibumu aku simpan di loteng."
Fadha terdiam, sudah lama ia tidak melihat ibunya lagi. Dia berjalan menuju loteng dan segera menyalakan lampu. Dia membuka sebuah lemari tua disana, ia menemukan banyak gaun mulik ibunya, dia mencari gaun putih dan menemukannya. Dia melihatnya, dan teringat akan ibunya, lalu dia berjalan menuju kamarnya dengan membawa gaun itu.
* * * * * * * * *
Kali ini, Niall sedang mendapatkan liburan walaupun hanya sebentar. Dia pergi ke Mullingar untuk mengunjungi grandma. Kali itu hanya Niall yang berkunjung, Harry dan Liam sedang ke Chesnut, Louis pergi bersama Elanor, dan Zayn ingin tidur sepuasnya dirumahnya. Dia menjalankan mobil ke rute yang biasa ia lewati, sesampainya disana ia segera memeluk grandma dan pergi berbaring dikamarnya. Ia masih terpikirkan kejadian 6 bulan lalu, apa Fadha kesana? Apa dia menemukan hadiah dariku? pikir Niall hingga terlelap, esoknya dia terbangun dan segera merapihkan diri, pagi itu dia membantu grandma menyiapkan sarapan.
Seusai sarapan, ia pergi berpamitan, ia ingin berjalan jalan dan menghirup udara segar disana. Namun ia berfikir dan segera beranjak pergi kerumah pohon itu. Sesampainya disana ia melihat sekeliling, tetap tak berubah, ia masuk dan ia melihat meja dimana waktu itu ia meletakkan kado itu, disitu sudah tak ada apa apa. Dia bingung , apa kado itu diambil Fadha atau ada orang lain yang tak sengaja kemari dan mengambilnya. Ia menarik nafas dalam. "Fadha ......................" teriaknya dari jendela rumah pohon.
Tak lama, Niall pergi menuju kota dan berhenti di Pancake's Browie. Saat ia akan masuk, ia terdiam dan menatap seorang wanita. Dia teringan, ya dia wanita yang memanggil Fadha, ia berlali dan menghampirinya.
"Hai," sapa Niall.
"Helo, ah? Apa kau Niall?" tanya wanita itu,
"Ya, uhm, apa kau mengenal Fadha?" tanya Nial.
"Ya, dia sahabatku. Ada apa?"
"Apa kau tau dia tinggal dimana sekarang?"
"Dia dulu tingga di kota seberang, namun 6 bulan lalu ia pindah ke Chesnut."
"Apa? Dia pindah ? Apa kau tau alamatnya?"
"Tidak, tapi besok dia akan kemari, besok ada acara ulang tahunku, dan aku mengajaknya kemari."
Niall mendengar itu, senyumnya berkembang, dia menarik tangan wanita itu dan menyalaminya, setelah ia berkata terimakasih, Niall segera menuju mobilnya dan pulang.
* * * * * * * * *
Fadha bersiap berangkat, ia memnyiapkan tas dan berpamitan pada bibi Elma, ayahnya sedang pergi keluar kota. Ia berangkat ke bandara dan terbang menuju Mullingar. Ia sampai disana malam hari, ia sudah dijemput oleh Sabrina. Mereka segera pulang ke rumah Sabrina, dan tertidur.
Esoknya mereka sibuk menyiapkan segala sesuatunya untuk pesta ulang tahun Sabrina, Fadha sudah menggunakan gaun putih milik ibunya, ia terlihat sangat anggun dan cantik. Saat pesta berlangsung Sabrina teringat , kemarin ada yang menanyakan Fadha. Namun ia belum memberitahukannya.
Niall berfikir, jika Fadha ada di sini, pasti ia akan kerumah pohon kami. Niall berganti pakaian dan segera pergi menuju rumah pohon itu. Dia ingin sekali bisa bertemu dengan Fadha, sesampainya disana ia duduk di ayunan tua dibawah rumah pohonnya. Menunggu dan berharap Fadha akan kemari.
Dilain tempat, pesta ulang tahun Sabrina sangat meriah, Fadha tak berhenti tersenyum dan tertawa, namun kali ini Sabrina menghampirinya dan memberitahukannya, kemarin Niall menanyakan dirinya. Deg!
Fadha terdiam rasanya suasana ramai disana menjadi sepi, Niall ada disini? Apa ada dirumah pohon kami? pikir Fadha. Tanpa bicara Fadha berlari meninggalkan pesta ulang tahun Sabrina dan menghentikan taksi , ia pergi menuju rumah pohon itu dengan berharap cemas. Sesampainya disana hari sudah sore, ia berjalan diantara semak belukan yang menutupi jalan, ia melepaskan High heelsnya dan menentengnya.
Sesampainya disana Fadha terkejut, didepannya ada sosok pria yang juga terkejut menatapnya.
"Niall?!" panggil Fadha.
"Apa kau itu Fadha?" tanya pria itu.
Kali itu Niall terkejut, ia segera berdiri dari ayunan tua itu dan menghampiri wanita yang berada didepannya. Dia menarik tangan wanita itu dan melihat cincin dijari manis wanita itu, dan Niall segera memeluknya. "Kau benar Fadha." katanya berbisik.
Fadha juga terkejut dan segera membalas pelukan Niall, dia menangis.
"Sudah lama aku menunggumu dan akhirnya kita bisa bertemu," kata Niall.
"Ya, aku langsung berlari kemari saat temanku berkata kau ada disini," kata Fadha.
Niall melepaskan pelukannya, dia menatap Fadha dari atas kebawah. Niall tersenyum dan menggenggam tangan Fadha dengan erat.
"Pantas kau kemari menggunakan gaun cantik itu,"
"Dan kau terlihat berbeda, kau terlihat lebih cantik sekarang," lanjut Niall dengan nada menggoda.
Fadha tertawa, dan melepaskan genggaman tangannya dan berlari menaiki tangga menuju rumah pohon.
Niall menyusulnya dibelakang, mereka mulai bercanda dan tertawa, mereka bercerita tentang masalalu yang mereka lewati dirumah pohon itu. Tak terasanhari sudah larut, mereka memutuskan untuk bermalam dirumah pohon itu. Mereka masih berusaha mengenang dimana mereka kecil, saat mereka selalu bermain.
Namun mimik wajah Niall berubah serius, dia menatap mata fadha dalam dalam. "Jujur, saat aku kecil aku sangat menyukaimu. Mungkin sekarang juga aku masih mencintaimu. Aku tidak mau menbohongi perasaanku," kata Niall hingga wajahnya merah padam. Fadha pun begitu, dia tak berfikir, dia kira hanya dia yang memiliki perasaan seperti itu. Niall membuka sebuah peti dan mengeluarkan selimut tua dan beberapa kain yang ia jadikan bantal.
"Tidurlah," kata Niall.
"Bagaimana denganmu? Apa kau juga akan tidur?" tanya Fadha.
"Tentu," kata Niall tersenyum.
"Baiklah, bagian bantal ini untukmu," kata Fadha.
Fadha mulai memejamkan mata dan tertidur. Niall menatap Fadha dalam dalam, ia tak mau kehilangan waktunya ini. Tapi besok ia sudah ada pekerjaan, dia harus memulai World Tournya. Dia menghampiri Fadha, dan membenarkan selimutnya. Perlahan ia menundukan wajahnya mendekati wajah Fadha, namun ia menariknya kembali. Dia menatap arlojinya, pikul 11.30 malam. Niall mendekatkan bibirnya ketelinga Fadha dan berbisik ....
"Maaf aku harus pergi secepat ini. Aku senang bisa bertemu denganmu dan menghabiskan waktu denganmu serta mengatakan isi hatiku. "
Niall bangkit dan menuruni rumah pohon, ia segera menuju tempat ia memarkirkan mobilnya dan ia segera pulang.
Esoknya Fadha terbangun , tersenyum dan melihat sekeliling. Namun tak ada Niall, ia bangkit lalu turun dan mencari dimana Niall, namun saat ia melihat di ayunan tua rumah pohon mereka. Ada sebuah kertas yang tertempel, Fadha menghampiri dan membacanya,
Walau ia tak bisa membendung air matanya . Namun, kali ini ia tersenyum. Ia merasa bahagia walau hanya sebentar bertemu dengan Niall.
End ~
Label:
My Story
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar