Kota Yogyakarta, sebuah nama
daerah yang pastinya tidak asing lagi ditelinga masyarakat Indonesia. Kota yang
memiliki beragam julukan yang menarik. Salah satunya adalah kota museum.
Museum? yap, Kota Yogyakarta ini
juga dikenal sebagai kota museum karena banyaknya museum yang didirikan disini,
bahkan jumlahnya mencapai sekitar 30-an yang tercatat di website Asosiasi
Museum Indonesia. Dan jumlah itu belum termasuk dengan museum-museum lain yang
belum tercatat.
Tapi kenapa saya tiba-tiba
membahas Yogyakarta sebagai kota museum? Beberapa waktu lalu saya mengikuti
kegiatan kunjungan observasi museum untuk salah satu mata kuliah Manajemen
Museum dari Prodi Perpustakaan dan Informasi, Universitas Pendidikan indonesia.
Diluar dari hal tersebut, walaupun ini adalah kegiatan observasi yang dilakukan
dengan teman-teman sekelas ternyata ada saja usaha keras yang perlu dilakukan
agar perjalanan ini dapat dilakukan, hahaha.
Yap, dalam tulisan ini saya ingin
menceritakan museum-musem yang saya kunjungi salah satunya adalah Museum
Sonobudoyo dan Benteng Vredeburg.
Museum Sonobudoyo ini berlokasi
di Jalan Trikora nomor 6, Yogyakarta. Lokasinya yang strategis dan berada di
pusat kota ini membuatnya dapat dengan mudah ditemukan. Lokasinya pun berdekatan
dengan Keraton Yogyakarta.
Bentuk bangunan yang dimiliki
Museum ini menyerupai bentuk rumah joglo dengan desain arsitektur Masjid
Keraton Kesepuhan Cirebon. Hingga ketika memasuki wilayah museum memang begitu
terasa hoomie, nyaman bagaikan memasuki rumah dengan pekarangan yang luas dan
sejuk dengan berbagai tanaman.
Sebelum masuk tentu kita harus
membeli tiketnya terlebih dahulu. Harga yang dikenakannya tidak mahal, cukup
dengan 3000 rupiah bagi orang dewasa dan 2500 rupiah untuk anak-anak. Selanjutnya,
jika berkunjung dengan rombongan , tentunya akan ada tour guide yang menemani
dan menjelaskan mengenai berbagai macam koleksi dan sejarah yang dimiliki oleh
Museum ini.
Museum Sonobudoyo merupakan
museum terlengkap yang ada di Yogyakarta. Dengan 10 Jenis koleksi yang dimiliki
dan 43.235 jumlah benda koleksi. Namun baru sekitar 25% koleksi saja yang sudah
di inventarisasi.
Tampilan yang disajikan di museum
ini cukup menarik, kita bisa melihat berbagai koleksi benda baik dalam lemari
kaca, patung hingga furniture-furniture yang terpajang sesuai dengan jenis
koleksi yang ingin ditampilkan.
Selain dengan bantuan tour guide
dan tulisan-tulisan yang ada didekat koleksi sebagai penjelas dari koleksi yang
dipajang. Mulai dari nama, sejarah dan keterangan untuk koleksi benda-benda
yang dipajang. Ada juga layar LCD yang tersedia yang memberikan informasi.
Namun ketika saya berkunjung kesana, layar LCD tersebut tidak bisa digunakan
karena sedang dalam perawatan.
Yang paling menarik perhatian
saya, ketika harus berpindah menuju ruangan lain. Kita akan melewati halaman
luar yang dimana disana terdapat Bale Gede, yang tentunya bagi para wisatawan
yang berkunjung kesana termasuk saya pasti tidak akan melewatkan kesempatan
untuk berfoto-foto disana. Karena memang spotnya sangat cocok dan bagus.
Selanjutnya, tak jauh dari lokasi
kita dapat menemui Benteng Vredeberg. Lokasi Benteng Vredeberg berada di Jalan
Ahmad Yani no.6 Ngupasan, Gondomanan, Yogyakarta. Berhadapan dengan Gedung
Agung Yogyakarta.
Bentuk bangunan dari benteng ini
begitu khas dan kental dengan arsitektur bangunan Belanda tentunya. Karena jika
kita ketahui sejarah panjangnya, benteng ini digunakan oleh Belanda untuk
menahan serangan dari Keraton Yogyakarta saat itu.
Untuk memasuki benteng, kita
perlu membeli tiket terlebih dahulu. Sama seperti Museum Sonobudoyo, harga yang
dikenakan sangat murah yaitu 2000 rupiah untuk orang dewasa dan 1000 rupiah
untuk anak-anak. Selain tiket masuk, kita pun dapat membeli tiket untuk
menontoh tayangan yang disediakan disana.
Di Benteng Vredeberg ini terdapat 4 bangunan
terpisah. Dimana jenis-jenis koleksi dan sejarah dibagikan dalam beberapa
gedung tersebut. Koleksi yang ditampilkan dalam benteng ini berupa
diorama-diorama perjuangan kemerdekaan hingga masa Orde baru, juga benda-benda
bersejarah lainnya. Mulai dari foto-foto, lukisan, pakaian dan lainnya.
Di Benteng Vredeberg ini pun kita akan
didampingi oleh tour guide yang akan menjelaskan mengenai sejarah-sejarah
pergerakan kemerdekaan saat itu.
Selain dengan adanya tour guide disana pun
terdapat layar LCD yang membantu dan memberikan informasi mengenai sejarah dan
koleksi dengan cara yang lebih interaktif. Selain itu menariknya, kita dapat
menggunakan barcode yang jika di scan akan langsung menampilkan informasi
mengenai koleksi.
Dua hal di Benteng Vredeberg yang menarik
perhatian saya. Terdapat ruang wahana yang dimana didesain dengan bentuk yang
menyerupai kejadian asli saat perjuangan dahulu. Sehingga kita akan merasakan
dan merasa terbawa dengan suasana perjuangan dan seramnya kejadian saat itu.
Juga terdapat ruang arena dimana terdapat beberapa layar LCD yang menyediakan
permainan-permainan menarik.
Selain itu kita tidak perlu takut dengan
keamanan yang disediakan oleh kedua museum yang saya bahas diatas. Keduanya
memiliki standar pengamanan yang baik. Terutama di Benteng Vredeberg, begitu
banyak pintu keluar / emergency agar memudahkan kita keluar dari bangunan jika
sewaktu-waktu terjadi bencana ketika kita berada didalamnya.
Dalam perawatan koleksinya sendiri kedua museum
ini tentu memahami benar bagaimana caranya. Seperti penggunaan alat pengatur
suhu, pembersih debu, dan sebagainya terawat dengan benar dan diawasi dengan
teratur oleh pengelola.
Mungkin sekian yang akan saya sampaikan. Jika
ada kesempatan lain, saya akan kembali mengulas dan meneritakan pengalaman saya
dalam mengunjungi suatu tempat ^^ so, jangan sampai terlewat sampai jumpa di
tulisan lainnya ..